Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’aalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, dan sholawat untuk junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Pada hari ini, saya akan membahas tentang “Dosa kepada orang lain”. Seperti apakah “Dosa kepada orang lain” itu?, apa balasan orang yang sering melakukan “dosa kepada orang lain”?. Berikut akan saya bahas.
Dosa menurut H. Dwi Condro Triono Ph.D., Dosa itu bisa dibagi menjadi 3 macam yakni :
1.
Dosa karena
kesalahan diri sendiri
2.
Dosa karena
kesalahan kepada orang lain
3.
Dosa karena
kesalahan orang lain
Dosa jenis pertama yang
disebutkan di atas sudah seringkali dibahas oleh ustadz-ustadz, kyai-kyai, dan
guru-guru kita dalam berbagai kesempatan. Namun untuk dosa jenis kedua dan
ketiga ini jarang dibahas. Oleh karena itu saya akan mencoba untuk membahas
tentang dosa jenis kedua ini. Dan untuk dosa jenis ketiga bisa anda simak lebih
jelasnya di sini
Seringkali dalam pengajian atau khutbah, kita diberikan dalil-dalil yang dalam tanda kutip “melenakan umat islam”, sebagai contoh :
Seringkali dalam pengajian atau khutbah, kita diberikan dalil-dalil yang dalam tanda kutip “melenakan umat islam”, sebagai contoh :
Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan
penuh keimanan dan pengharapan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lampau”.
Dari pernyataan dalam hadits ini, tentu akan membuat kita berfikir jika
kita melaksanakan puasa sesuai dengan apa yang disampaikan dalam hadits
tersebut, maka semua dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah. Dan kemudian akan
kembali putih, bersih, dan suci dari dosa-dosa saat memasuki bulan syawal.
Namun yang perlu kita garis
bawahi adalah, dalam hadits tersebut ada kata ‘maa’ yang menunjukkan sifat umum
pada objek kata dosa. Yang jika
ditafsirkan maka, dosa yang dimaksud adalah semua
dosa (umum). Dapat diartikan bahwa semua jenis dosa akan dihapuskan oleh
amalan puasa di bulan Ramadhan. Subhanallah. Tapi perlu juga kita ketahui bahwa
dalam ilmu hadits, suatu hadits yang bersifat umum akan tetap dalam keumumannya
selama tidak ada dalil yang mengkhususkannya.
Jika kita sering membuka-buka shahih Muslim, maka kita akan dapat menemukan dalil yang mengkhususkan hadits tentang puasa tersebut. Berikut dalil yang dimaksud :
“Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan 'Ali bin Hujr keduanya berkata;
Telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far dari Al A'laa dari
Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah
bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang
bangkrut itu?" Para sahabat menjawab: "Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami
adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan." Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang
pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu
mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang
lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari
mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi.
Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan
kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.”
Dalam asbabun-nuzul hadits tersebut diceritakan bahwa rasulullah sedang duduk bersama-sama para sahabat, dan kemudian Beliau bertanya, “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?”, kemudian para sahabat menjawab, “'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan”. Kemudian Rasulullah bersabda “'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, …” dari sini bisa kita artikan bahwa yang dimaksud dengan orang bangkrut (Al-Muflis) ini adalah orang yang selama hidupnya senantiasa sholat dengan benar dan tepat waktu, tiap malam sholat tahajjud, setiap bulan Ramadhan selalu berpuasa dengan penuh keimanan dan pengharapan, tidak pernah mokel, dan tak pernah lupa membayar zakat. Jadi bisa dibilang bahwa orang ini sudah jelas akan masuk surga, atau sudah memiliki kunci surga.
Namun kemudian apabila hadits tersebut dilanjutkan, “…tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka”. Seperti yang sudah digambarkan pada potongan hadits di atas, bahwasanya apabila mereka pernah mencaci-maki orang lain dan belum sempat meminta maaf, bagaimanakah hukum Allah di akhirat? Allah SWT tidak memerintahkan untuk bersalaman, dan saling meminta maaf. Melainkan Allah SWT akan mengambil pahala orang yang menghina tersebut dan memberikannya pada orang yang dihina. Dan akan terus dilakukan hingga urusan mencaci-maki selesai.
Begitu juga dengan qodzaf (fitnah), memakan harta orang lain tanpa hak, sekarang ini kasus seperti itu sudah sering terjadi dimana-mana, sebagai contoh riba (yang banyak memiliki nama lain seperti bunga, interest, uang anakan, dsb), korupsi, pencurian (perampokan, pembajakan), dsb. Membunuh, dan juga menyakiti orang lain. Apabila kita pernah melakukannya dan belum sempat meminta maaf maka akan diambil pahala-pahala dari amalan ibadah kita dan akan diberikan pada orang yang menjadi korban. Subhanallah. Oleh karena itu, memang benar jika ibadah puasa akan menghapuskan dosa-dosa yang telah lampau. Namun jika kita pernah melakukan dosa-dosa tersebut dan belum meminta maaf. Maka pahala kita akan digerogoti oleh dosa jenis kedua ini.
Belum cukup dengan itu, apabila pahala kita telah habis dan orang yang menuntut kita masih banyak, maka akan diambil dosa-dosa sang korban dan akan diberikan kepada kita. Hingga akhirnya dilemparkan ke neraka. Na’udzubillahimindzalik.
Cukup sekian postingan saya kali ini semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
0 komentar:
Post a Comment